Minggu, 05 Oktober 2008

Politik Artistik


Catatan: Arief Gunawan, Dewan Redaksi myRMnews


PANGGUNG politik nasional dalam beberapa waktu terakhir kelihatannya semakin artistik.

Yang dimaksud artistik di sini bukan dalam pengertian harfiah, melainkan dalam arti kias, yaitu makin dipenuhi artis yang menjadi calon dalam Pilkada, dan bahkan Gedung DPR di Senayan tampaknya bakal dipenuhi deretan artis, karena partai-partai banyak merekrut caleg dari kalangan artis.

Gedung DPR dan Pilkada semakin artistik. Sehingga politik kosmetik berubah menjadi politik artistik. Orang berminat masuk partai karena partai membuka lowongan kerja untuk posisi caleg dan calon dalam Pilkada, dengan dipungut bayaran yang tidak sedikit.

Kaderisasi partai macet, pengurusnya pada berantem. Partai-partai terbelah dua, sebab orang partai umumnya power oriented dan money oriented.

Power oriented, orientasinya adalah kekuasaan. Pemimpin seperti ini akan mengalami anti-klimaks ketika berhasil memegang kekuasaan. Karena sudah anti-klimaks ia hanya akan menjaga keseimbangan supaya kekuasaan di tangan tidak goyah atau jatuh.

Pemimpin berwatak power oriented bersikap formalistik, legalistik, dan simbolistik. Suka menyenangkan semua orang ketimbang bersikap konfrontatif.

Sedangkan money oriented berorientasi kepada uang. Masuk ke gelanggang politik karena peluang mendapat uang lebih banyak untuk meningkatkan taraf hidup. Contoh pemimpin money oriented setidaknya bisa dilihat dari semakin banyaknya anggota DPR yang ditahan oleh KPK gara-gara urusan uang.

Yang lebih gawat dan berabe ialah pemimpin yang menggabungkan watak power oriented dan money oriented. Tipikal pemimpin seperti ini tidak punya idealisme, kecuali mewujudkan impian sendiri, yaitu mendapat kuasa dan uang untuk sebesar-besar kemakmuran diri sendiri dan golongan. *** (iniorangbiasa@yahoo.com)

Tidak ada komentar: