Sabtu, 25 Oktober 2008

G(OLKAR

Berupaya Mengikis Citra Orba
Sabtu, 25 Oktober 2008 | 00:23 WIB

Saat pemerintahan Orde Baru jatuh, Partai Golkar berupaya sekuat tenaga mengikis citra partai yang sangat identik dengan Orde Baru menjadi partai ”baru” yang reformis.

Tak heran pada saat itu muncul salah satu iklan yang memunculkan Ketua Umum DPP Partai Golkar (waktu itu) Akbar Tandjung dengan slogan: ”Golkar Baru”. Iklan itu sempat dipelesetkan oleh sejumlah pihak yang anti-Golkar sebagai ”Golkar Bau”.

Namun, sia-siakah upaya Akbar Tandjung? Sepertinya tidak.

Pada Pemilu 1999, Partai Golkar ”seolah-olah” terpuruk karena bukan hanya dijauhi, tetapi juga diserang dari berbagai arah.

Namun, hebatnya, Partai Golkar pada pemilu itu tetap berada di posisi nomor dua setelah PDI-P. Persentasenya waktu itu mencapai 22,46 persen.

Pada Pemilu 2004, Partai Golkar tidak lagi ”bau”, tetapi justru benar-benar baru karena menjadi pemenang pemilu, dengan perolehan suara 21,58 persen. Persentase ini lebih tinggi dari partai lain.

Kemenangan Partai Golkar tak mengherankan jika melihat sejarah dan cikal bakal partai yang sudah ada sejak tahun 1958, yaitu saat diakuinya Golongan Fungsional atau Golongan Karya.

Apalagi, sejak lahirnya Orde Baru, Partai Golkar memang selalu berkibar. Pada era pemerintahan Presiden Soeharto, di mana ia menjadi ketua dewan pembina, Partai Golkar mendapatkan segalanya.

Bukan hanya kemenangan mutlak di mana-mana—kecuali di ibu kota Jakarta, yang beberapa kali kalah dari Partai Persatuan Pembangunan—Partai Golkar juga memiliki kekuasaan luar biasa.

Dengan dukungan jalur ABG, yaitu ABRI, Birokrasi (pegawai negeri), dan Golongan Karya, Partai Golkar memang tak perlu susah-susah untuk menang, mengumpulkan dana, ataupun menarik simpati.

Ketua Umum DPP Partai Golkar Muhammad Jusuf Kalla saat diwawancarai Kompas menyatakan, dengan dukungan sebuah yayasan pada era Orde Baru, mulai dari menteri, direktur jenderal, dan siapa pun bisa dengan enteng memberikan dana yang tak terhingga untuk mewujudkan kemenangan Partai Golkar.

Belum lagi campur tangan kekuasaan di kelurahan, kecamatan, sampai RT/RW, dan campur tangan militer sampai pertahanan sipil (hansip). Karena itu, tak perlu heran jika sebelum pemilu dilaksanakan pun ibaratnya Partai Golkar sudah dinyatakan menang.

Citra berakhlak

Di tangan Jusuf Kalla, Partai Golkar bertekad berjuang demi terwujudnya Indonesia baru yang maju, modern, bersatu, damai, adil, dan makmur dengan masyarakat yang beriman dan bertakwa.

Partai Golkar juga ingin mewujudkan partai dengan kader yang berakhlak baik, menjunjung tinggi hak asasi manusia, cinta tanah air, demokratis, dan adil dalam tatanan masyarakat madani yang mandiri, terbuka, egaliter, berkesadaran hukum dan lingkungan.

Bahkan, Kalla juga menginginkan kader dan partainya benar-benar menguasai ilmu dan pengetahuan serta teknologi, memiliki etos kerja dan semangat kekaryaan serta disiplin yang tinggi.

”Karena Partai Golkar sejak dulu selalu berada di tengah-tengah pemerintah mana pun, visi seperti itu harus bisa dijalankan,” kata Kalla.

Contoh paling nyata Kalla dalam mengikis citra Orde Baru adalah dengan mencoret kader-kader yang disebut-sebut terkait dengan kasus dana Bank Indonesia dan kasus lain dalam daftar calon tetap Pemilu 2009.

Namun, bisakah Kalla menciptakan Partai Golkar ke depan benar-benar menjadi ”Golkar Baru”, dan bukan ”Golkar Bau”? (SUHARTONO)

Tidak ada komentar: