Sabtu, 18 Oktober 2008

Kesejahteraan untuk Buruh, Petani, dan Semuanya


KOMPAS/AYU SULISTYOWATI / Kompas Images
Muchtar Pakpahan
Sabtu, 18 Oktober 2008 | 03:00 WIB

Ayu Sulistyowati

Setelah 40 hari ”mati” dalam proses gugatan terhadap Komisi Pemilihan Umum atau KPU, Partai Buruh Sosial Demokrat atau PBSD bangkit kembali dengan berganti baju menjadi Partai Buruh. Partai Buruh pun resmi menjadi peserta Pemilu 2009 dengan nomor urut 44.

Sayangnya, ketika roh kembali didapatkan, seratusan kadernya telanjur pergi. ”Tuhan masih menghendaki buruh bertarung pada Pemilu 2009. Tuhan masih meridai Partai Buruh untuk menempatkan wakilnya di DPR,” kata Ketua Umum Partai Buruh Muchtar Pakpahan, pekan lalu. Berikut wawancara itu:

Apa yang membuat Partai Buruh akhirnya ikut serta Pemilu 2009?

Kepercayaan Tuhan. Ini pertanda baik setelah KPU tak meloloskan PBSD. Buktinya, gugatan terhadap keputusan itu dimenangkan bersama tiga partai lain yang bernasib sama. Artinya, Yang di Atas memberikan sinyal kepada Partai Buruh supaya tetap ada.

Namun, bukankah pada Pemilu 2004, Partai Buruh gagal, tak memiliki kursi di DPR?

Kami memang tidak memiliki wakil di DPR. Tetapi, kami memiliki 12 wakil di DPRD provinsi dan 80 wakil di DPRD kabupaten/kota. Persoalan kami tidak ada di pusat karena saat itu partai kami dizalimi. Hampir 50 persen suara yang kami dapatkan tiba-tiba hilang.

Apa strategi Partai Buruh untuk bisa menempatkan wakil di DPR pada Pemilu 2009?

Sebelum diumumkan PBSD tidak lolos, kami memiliki lebih dari 200 orang yang bersedia menjadi calon anggota legislatif di tingkat pusat. Pengumuman ketidaklolosan itu berdampak hengkangnya lebih dari 100 calon tadi. Sebagian mereka memilih pulang kampung, kembali ke partai lama, atau mencari partai lain. Wajar memang kepergian mereka ini. Namun, kami pun tetap saja kecewa. Kini yang tersisa tinggal calon dan kader lama yang berjuang sejak awal. Kebanyakan dari mereka ini sudah merasakan menjadi tahanan politik seperti saya, dikejar-kejar polisi atau tentara.

Kekecewaan kami terhadap perginya mereka yang sebelumnya sudah berkomitmen itu juga antara lain terkait dana. Bagaimana tidak? Bagaimana akan menyusun strategi kalau dana saja kami belum pegang. Sementara awalnya kami berharap banyak kepada kader yang pergi ini. Ya, ada beberapa dari mereka memiliki kemampuan finansial. Lumayanlah, ada yang mampu menyumbang Rp 1 miliar dan kalau ada 20 orang saja cukup menjadi Rp 20 miliar untuk modal kampanye.

Lalu, apa yang akan Anda perbuat?

Belum tahu. Di antara partai politik yang ikut Pemilu 2009, Partai Buruh yang mungkin paling miskin. Pada pemilu sebelumnya dengan nama PBSD, kami menjadi satu-satunya partai yang tidak berkampanye massal. Mungkin pemilu nanti kami akan melakukan hal serupa. Meminjam istilah Bung Karno, kami melakukan kampanye getok tular atau dari mulut ke mulut.

Kami tak sanggup berkampanye dengan menggalang massa di suatu tempat. Tetapi, kami tetap ada upaya penggalangan dana melalui semua teman buruh. Jadi, kami menyebarkan selebaran kepada semua buruh di Indonesia. Isinya, mari memilih dan berjuang bersama Partai Buruh. Karena itu, mari berjuang dengan membantu melalui pengumpulan dana Rp 5.000 per orang dan dikirim ke rekening salah satu bank.

Kami belajar dari contoh perjuangan Nelson Mandela, Kim Dae-yung, Lula da Silva, dan Hugo Chavez. Mereka ini tokoh yang berjuang tanpa dana dan kemampuan kekuatan mereka pun terbukti berhasil. Memang situasi dan kondisi di Indonesia lain, setidaknya kami masih bisa menjadikan contoh perjuangan mereka sebagai semangat.

Apakah isu buruh masih menarik pemilih pada pemilu nanti?

Masih. Masih ”seksi”. Isu buruh, petani, dan nelayan masih sangat ”seksi”. Apalagi, bangsa ini masih menindas buruh, nelayan, dan petani.

Apa yang akan Anda lakukan terhadap mereka, melalui Partai Buruh, dengan semangat negara kesejahteraan (welfare state) itu?

Ini penting. Kami ingin menerapkan di mana negara menjamin kesejahteraan rakyat dengan lima pilar kenegaraan. Kelima pilar itu adalah demokrasi, penegakan hukum, perlindungan hak asasi manusia, keadilan sosial, dan antidiskriminasi. Ingat, Partai Buruh tidak semata-mata milik buruh, melainkan juga milik petani dan nelayan. Kami ada untuk memperjuangkan mereka-mereka.

Target kami adalah menghapus kebijakan tenaga kerja kontrak, menghapus pemutusan hubungan kerja, dan membuka seluas-luasnya lapangan pekerjaan. Kami yakin sanggup dalam waktu tidak lama, jika Partai Buruh menang, lima juta penganggur dapat teratasi dengan cepat tanpa menyentuh dana APBN. Strateginya dengan reformasi agraria.

Semua petani memiliki tanah persawahan, petani memiliki subsidi peralatan, dan proteksi pemasaran produksi pertanian. Dengan apa? Kami akan bagikan tanah negara untuk digarap. Kami akan sita tanah yang telantar atau ditelantarkan pemiliknya. Daripada tidak terpakai, sebaiknya disita dan dibagikan kepada rakyat yang tidak punya untuk diolah.

Hal yang paling penting, tanah perkebunan akan kami bagikan kepada petani. Tanah ini tidak termasuk tanah negara dan milik rakyat. Hal semacam ini belum dipraktikkan pada pemerintahan siapa pun di Indonesia. Sederhana, kan? Tidak memerlukan ilmu tinggi dan siapa pun bisa melakukannya.

Berapa target Partai Buruh meraih suara pada Pemilu 2009?

Jujur, sebenarnya kami tidak berani menargetkan apa pun setelah bangkit dari kematian. Kalau dipaksa, ya, kami menargetkan bisa meraih 5-30 persen suara. Kami membuka diri untuk siapa pun. Buruh juga banyak di seluruh Indonesia.

Tidak ada komentar: