Rabu, 15 Oktober 2008

Kekuatan Electoral Partai Islam

Dalam sejarah politik Indonesia, partai Islam tidak pernah menjadi kekuatan mayoritas di pentas politik nasional.
Kecenderungan demikian masih berlanjut hingga tahun ini, dan kemungkinan juga dalam Pemilu 2009 nanti.
Menjelang Pemilu 2009, di antara partai Islam yang mengalami kemajuan berarti dilihat dari sikap elektoral pemilih adalah PKS. Tapi kemajuan PKS ini tidak atau belum mengancam partai-partai non-Islam, terutama PDIP, Golkar, dan Demokrat. Tiga partai ini cenderung memimpin dalam sikap elektoral selama empat tahun terakhir.
Meningkatnya dukungan pada PKS di satu pihak, dan di pihak lain partai-partai non-Islam juga cenderung meningkat, mengindikasikan bahwa kenaikan dukungan pada PKS terjadi dengan menggerogoti partai-partai Islam yang lain.
Mengapa politik elektoral Islam cenderung di bawah politik elektoral non-Islam?
Muslim Indonesia cukup mampu mengidentifikasi identitas partai, yakni mampu menunjukan mana partai Islam dan mana bukan partai Islam, mana yang paling Islam dan mana yang kurang Islam.
Di antara partai-partai Islam yang ada, PKS dinilai partai yang paling Islam.
Pemilih juga mampu menunjuk mana partai yang paling punya komitmen pada Pancasila dan mana yang kurang. Di antara partai-partai politik yang ada, Partai Golkar dan PDIP dipandang sebagai partai yang paling punya komitmen pada Pancasila.
Ketika pemilih menunjuk PKS, PKB, dan PPP sebagai partai yang paling Islam dan Golkar dan PDI Perjuangan yang paling kurang Islam, di satu pihak, dan di pihak lain menunjuk Golkar dan PDI Perjuangan yang paling Pancasilais dan PKS, PPP, dan PKB yang kurang Pancasilais, maka pemilih Muslim Indonesia membedakan secara jelas antara identitas politik Islam dan identitas politik Pancasila.
Karena itu, tidak bisa membuat klaim bahwa partai yang Islami akan otomatis partai yang Pancasilais, atau sebaliknya.

Tidak ada komentar: