Selasa, 16 September 2008

Visioner, Dambaan Publik Terhadap Pemimpin Politik


IndoBarometer


Dalam literatur kepemimpinan, terdapat aneka jenis pemimpin berdasarkan tipologinya. Ada yang mendasarkan pada kemampuan pemimpin menggalang dukungan/konsensus politik (“solidarity maker”). Ada yang berdasarkan pada kemampuan menjalankan program dan organisasi (administrator). Ada pula yang mendasarkan daya tarik/daya pengaruh pribadi dan ada yang pada kemampuan teknis.

Dalam pemerintahan di Indonesia, ada berbagai jenjang kepemimpinan politik. Berdasarkan hirarkinya, ada presiden, gubernur, bupati, dan walikota. Di jajaran pemerintah pusat ada pula para menteri selaku pembantu presiden yang nota bene merupakan pelaksana pemerintahan yang dipimpin oleh presiden.

Artikel ini dilengkapi dengan data PDF. klik di sini untuk download

Menjadi pertanyaan yang menarik untuk mengetahui, sebenarnya tipe pemimpin semacam apa yang menjadi “selera” masyarakat Indonesia. Untuk presiden dan kepala daerah, misalnya, tipe pemimpin seperti apa yang menjadi titik berat masyarakat: apakah yang mampu memberikan “sense of direction” (visioner) atau seseorang yang memiliki kemampuan menjalankan organisasi negara secara teknis.
Apakah pemimpin yang memiliki kharisma yang besar, ataukah pemimpin yang memiliki keahlian khusus di bidang tertentu. Apakah ada perbedaan pendapat masyarakat tentang syarat seorang presiden dengan seorang menteri. Di sisi lain tipe dari manakah sumber rekrutmen pemimpin yang paling diinginkan oleh masyarakat untuk mengisi pos-pos jabatan pemerintahan (khususnya eksekutif) di negara ini.

Pertanyaan semacam inilah yang hendak dijawab melalui survei nasional yang merupakan hasil kerjasama dari The Lead Institute, Universitas Paramadina dengan Indo Barometer yang dilaksanakan pada Mei 2007 ini.

Ringkasan Temuan
Tipe Pemimpin: Visioner atau Administratur?
Jika ditanya pada publik Indonesia, manakah pemimpin yang lebih mereka sukai, ternyata mayoritas menjawab tipe visioner ketimbang tipe administratur. Hal ini berlaku baik untuk puncak jabatan seperti presiden dan kepala daerah, maupun menteri.

Dari data ini tampak bahwa calon pemimpin harus mampu menawarkan visi (sense of direction) pada masyarakat Indonesia. Hal ini mungkin disebabkan para pemimpin Indonesia pasca transisi menuju demokrasi dianggap belum mampu memberikan arah yang jelas tentang Indonesia masa depan akan seperti apa.

Di satu sisi hal ini mungkin disebabkan para pemimpin nasional Indonesia yang terus berganti secara cepat dalam 9 tahun terakhir. Periode Habibie hanya 1 tahun, Gus Dur 2 tahun, Megawati 3 tahun, dan SBY 2,5 tahun. 

Kesinambungan kepemimpinan politik nasional yang lebih pasti diharapkan memberi kesempatan pada pemimpin politik untuk dapat memberikan landasan bagi peletakan dan pencapaian visi yang lebih pasti bagi masa depan Indonesia.

Faktor Penting Dimiliki Oleh Pemimpin
Apa faktor yang dianggap publik paling penting untuk dimiliki seorang pemimpin? Apakah karisma, keahlian khusus bidang tertentu, atau pendidikan tinggi?

Ternyata ada perbedaan pendapat publik tentang syarat seorang calon presiden dan menteri menurut publik. Untuk presiden, mayoritas publik lebih mementingkan karisma ketimbang keahlian khusus tertentu, apalagi gelar formal seperti sarjana. Namun untuk menteri, publik lebih menginginkan keahlian khusus tertentu.

Melihat temuan ini, calon presiden dan kepala daerah yang paling mungkin dipilih oleh publik adalah mereka yang memiliki karisma sebagai seorang pemimpin.

Komposisi Kabinet Yang Ideal
Menurut mayoritas publik, komposisi ideal adalah semuanya dari kalangan ahli/profesional atau lebih banyak ahli/profesionalnya ketimbang kalangan partai politik. Sementara itu, menurut publik komposisi kabinet sekarang lebih banyak orang partai ketimbang ahli/profesional.

Seandainya Presiden SBY melakukan reshuffle lagi pada masa yang akan datang, jika mengacu pada pendapat publik di atas, maka pengisinya sebaiknya orang yang bukan non-partai.

Jalur Kepemimpinan
Para pemimpin politik bisa berasal dari bermacam-macam sumber. Ada jalur partai politik, ormas, militer, birokrasi, pengusaha, LSM, akademisi, dst.

Sumber ideal rekrutmen pemimpin politik menurut publik adalah akademisi, partai politik dan ormas. Yang menjawab militer atau pengusaha relatif sedikit. 

Jawaban publik ini menarik karena militer tidak lagi menjadi favorit seperti praktek di masa lalu di mana kepala daerah, misalnya, mayoritas datang dipilih dari militer. Juga menarik membandingkannya dengan sejumlah prediksi bahwa generasi pemimpin politik masa depan akan didominasi oleh para pengusaha.

Kesimpulan
Jika ditanya pada publik Indonesia, manakah pemimpin yang lebih mereka sukai, ternyata mayoritas menjawab tipe visioner ketimbang tipe administratur. Hal ini berlaku baik untuk puncak jabatan seperti presiden dan kepala daerah, maupun menteri.

Ternyata ada perbedaan pendapat publik tentang syarat seorang calon presiden dan menteri menurut publik. Untuk presiden, mayoritas publik lebih mementingkan karisma ketimbang keahlian khusus tertentu, apalagi gelar formal seperti sarjana. Namun untuk menteri, publik lebih menginginkan keahlian khusus tertentu.

Menurut mayoritas publik, komposisi ideal adalah semuanya dari kalangan ahli/profesional atau lebih banyak ahli/profesionalnya ketimbang kalangan partai politik.

Sumber ideal rekrutmen pemimpin politik menurut publik adalah akademisi, partai politik dan ormas. Yang menjawab militer atau pengusaha relatif sedikit. 

(Dikasih Link Hasil Survei PEMIMPIN VISIONER: HARAPAN PUBLIK INDONESIA TERHADAP KEPEMIMPINAN POLITIK dalam bnetuk PDF)

Tidak ada komentar: