Senin, 08 September 2008

Parpol Kawal Basis Massa

Strategi Merebut Konstituen Jadi Prioritas
Senin, 8 September 2008 | 00:17 WIB /kompas

Jakarta, Kompas - Rangkaian pemilihan kepala daerah yang telah berlangsung hingga bulan September ini memunculkan realitas penting bahwa tidak semua partai politik mampu memenangkan kandidatnya di wilayah yang mereka klaim sebagai basis massanya.

Sejumlah faktor menjadi alasan, mulai dari calon yang diajukan tidak mampu menarik simpati massa sampai ketidakmampuan parpol untuk memelihara konstituennya.

Sejumlah tokoh parpol yang ditemui Kompas sepanjang pekan lalu hingga Minggu (7/9) menegaskan, strategi untuk mempertahankan basis massa menjadi agenda prioritas partai untuk merebut kemenangan pada Pemilu 2009.

Partai Demokrat, yang secara mengejutkan berhasil merebut 56 kursi dalam Pemilu 2004 dan menempatkan kandidatnya, Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai presiden, sangat percaya diri bahwa kesuksesan serupa bisa terulang pada tahun 2009.

Demokrat tetap yakin Yudhoyono akan menjadi magnet ampuh untuk menyedot suara pemilih, simpatisan, bahkan kader baru partai.

”Di samping langkah-langkah strategis yang kami lakukan, ada kekuatan magnetis yang sulit kami urai. Bendera Demokrat itu menarik sekali dan Pak SBY ternyata masih dilihat terutama di masyarakat bawah. Itu kekuatan yang sampai sekarang menumbuhkan optimisme,” ujar Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Ahmad Mubarok.

Untuk mempertahankan basis massa, Partai Demokrat giat melakukan pelatihan kader dan pendekatan terhadap kelompok binaan. ”Kartu tanda anggota (KTA) saat ini sudah meningkat 100 persen, dari 10 juta menjadi 20 juta KTA. Dengan 10 juta, kami dapat 7 juta suara di tahun 2004, dengan 20 juta KTA, kami berharap dapat lebih dari 15 juta suara,” ujar Mubarok.

Berbeda dengan Partai Demokrat yang masih memercayai ”kesaktian” Yudhoyono, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang dilanda konflik internal berkepanjangan, justru akan mengubah strategi politik semacam itu. Jika selama ini PKB mengandalkan kekuatan magnetis KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), PKB versi Muhaimin Iskandar bertekad akan menumpukan harapannya pada kiai lokal yang dianggap lebih dekat dengan konstituen.

Terobosan politik itu, menurut Wakil Sekjen Dewan Tanfidz PKB Helmy Faishal Zaini, untuk mengubah pola penokohan figur yang berciri sentralistik dan top down menjadi penjaringan dukungan dengan kekuatan kader. Meski demikian, visi dan cita-cita Gus Dur tetap akan dibawa sebagai ideologi PKB yang menyebarkan ajaran Islam yang plural.

”PKB ingin menghidupkan kembali ketokohan kiai lokal yang selama ini menjadi pendulang massa PKB yang efektif,” kata Helmy yang mengakui strategi politik baru ini akan membutuhkan penyesuaian mengingat nama Gus Dur selama ini lekat dengan PKB.

Langkah itu juga diharapkan dapat menghimpun suara warga Nahdlatul Ulama yang kini menyebar ke berbagai partai di luar PKB. Sejumlah lembaga survei memperkirakan, dari 40 juta suara warga NU, hanya 12 juta suara yang disalurkan ke PKB. Sisanya diambil oleh Partai Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), dan Partai Persatuan Pembangunan.

Jika NU ”identik” dengan PKB, Muhammadiyah sering diidentikkan dengan Partai Amanat Nasional. Seperti dinyatakan Ketua Badan Pemenangan Pemilu PAN Totok Daryanto, basis massa utama PAN sudah sangat jelas, yaitu kalangan Muhammadiyah, kaum intelektual dan perkotaan. PAN akan memfokuskan targetnya terhadap basis massa ini untuk Pemilu 2009.

Dalam masyarakat yang semakin horizontal, PAN bertekad untuk melewati halangan struktural dan kultural, yaitu dengan mencoba terus bergerak ”ke tengah” menjadi sebuah partai nasionalis, tetapi tidak meninggalkan akar agamanya.

PAN juga berharap dapat mendekati pemilih pemula yang merindukan perubahan, yang jumlahnya mencapai 20 persen. ”Kami harus lebih banyak mendengar dan memperjuangkan kepentingan mereka, serta menggandeng tokoh idola mereka,” kata Totok.

Konsistensi parpol

Semakin cerdas dan kritisnya massa pemilih menjadi pertimbangan serius Partai Keadilan Sejahtera dalam menyusun strateginya. PKS yakin, untuk mempertahankan kader konstituen dan memperluas jaringan kader partai dibutuhkan konsistensi karakter partai.

”Apa yang kami lakukan sangat sederhana. Kami bertemu dan berbicara dengan masyarakat. Sejauh ini hampir 800.000 kader PKS aktif berdialog dengan masyarakat. Mereka memberikan informasi kepada kami yang ada di pusat tentang apa yang masyarakat inginkan. Inilah cara yang khas dari PKS, direct selling, door to door campaign,” ujar Presiden PKS Tifatul Sembiring.

Tifatul mengakui, mempertahankan konstituen yang makin kritis bukan persoalan mudah, apalagi di tengah situasi ekonomi yang makin sulit. Bagi PKS, kuncinya adalah mempertahankan kredibilitas partai dan kader.

”Kami tak ingin ada anggota Dewan dari PKS yang kredibilitasnya jatuh. Sebab, satu orang tercemar, bisa mencoreng semuanya. Orang sedang menunggu PKS berbuat salah,” katanya.

Pembelajaran dari Pemilu 2004—dengan kegagalan menjadikan Megawati Soekarnoputri sebagai presiden—membuat PDI-P mawas diri. Pelajaran yang paling berharga adalah PDI-P harus mengetahui konstituen utamanya dan berupaya memenuhi harapan mereka.

Sekjen PDI-P Pramono Anung mengatakan, pemilih utama PDI-P berasal dari kalangan petani, nelayan, buruh, pedagang, dan kelompok yang termarjinalkan. Mereka inilah yang akan menjadi fokus garapan partai, selain kalangan PNS dan kelompok menengah lainnya.

PDI-P optimistis perolehan suaranya akan meningkat pada Pemilu 2009 sampai 7-8 persen dibandingkan Pemilu 2004. Kemenangan PDI-P di banyak pemilihan kepala daerah selama ini mengindikasikan hal itu.

Prestasi itu diyakini sebagai hasil konsistensi PDI-P sebagai partai oposisi dan konsolidasi partai yang semakin baik. Pramono yakin, suara PDI-P akan meningkat di daerah yang merupakan basis Partai Golkar, termasuk di Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Kalimantan Tengah, atau Sumatera Barat.

Tantangan akan datang dari Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) yang pendirinya banyak eks PDI-P. Menurut Pengurus Harian Pimpinan Kolektif Nasional PDP Roy B Janis, konstituen PDP sekitar sepertiganya berasal dari PDI-P. ”Basis konstituen PDP itu sama dengan PDI-P,” kata Roy.

PDP yakin, jika diadakan pemilu saat ini, PDP bisa meraih 77 kursi DPR, atau 1 kursi di setiap daerah pemilihan.

Janji pemilu

Strategi baru juga diterapkan Partai Golkar, peraih kursi DPR terbanyak pada Pemilu 2004 (127 kursi).

Partai Golkar tidak akan lagi menebar janji seperti dulu, tetapi akan menunjukkan program konkret lewat 15.000 fungsionaris, caleg dan kadernya yang diterjunkan ke daerah pemilihan sejak enam bulan lalu.

Golkar juga akan memperkuat strategi lewat dakwah intensif.

”Untuk wilayah yang kesulitan air bersih, kami akan kerahkan truk tangki air sebanyak-banyaknya, sedangkan untuk daerah yang saat ini sedang panen raya, kami siapkan bantuan tenda dan terpal untuk alas padi,” kata Ketua Harian Badan Pemenangan Pemilu Pusat Partai Golkar Firman Soebagyo.

Dengan strategi barunya itu, Partai Golkar yakin akan merebut kemenangan, khususnya di Riau, Sulawesi, Banten, sebagian Sumatera dan sebagian Jawa.(INU/MZW/MAM/SUT/HAR/MYR)

 

Tidak ada komentar: