Rabu, 23 Juli 2008

Reformasi Setelah 10 Tahun

Reformasi Setelah 10 Tahun 


Masa 10 tahun adalah masa yang paling baik untuk mengevaluasi pelaksanaan reformasi. Evaluasi bisa dilakukan dengan melihat adakah kemajuan setelah 10 tahun ini dengan melihat berbagai indikator pencapaian. Evaluasi juga bisa dilakukan dengan memnta pendapat publik atas pelaksanaan reformasi selama ini. Apakah publik sudah puas atau belum dengan pelaksanaan reformasi. Bahan untuk tulisan ini diambil dari Bahan-bahan diambil dari survei nasional yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada awal Mei 2008. Survei dilakukan dengan memasukkan semua populasi----termasuk provinsi Papua, Irian Jaya Barat dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Total sampel survei adalah 1.200 orang dengan margin of error plus minus 3.5%.

Survei yang dilakukan oleh LSI menunjukan, mayoritas publik (53.3%) kurang puas dengan pelaksanaan reformasi. Publik bahkan menilai kondisi saat ini dimasa reformasi lebih buruk dibandingkan dengan kondisi pada masa Orde Baru Soeharto. Sebanyak 58.3% publik menilai kondisi erbaik adalah kondisi pada masa Orde Baru Soeharto. Data ini menunjukkan reformasi belum banyak dirasakan manfaatnya oleh publik. Memang ada banyak kemajuan setelah 10 tahun reformasi ini. Di tengah berbagai kemajuan yang telah dicapai, mengapa publik justru lebih memilih kondisi terbaik adalah masa Orde Baru Soeharto? Kemungkinan karena reformasi tidak berdampak langsung kepada kehidupan langsung mereka.

Pandangan semacam ini harus ditafsirkan sebagai cerminan pandangan publik yang menilai reformasi selama ini tidak banyak menyentuh perbaikan kehidupan mereka. Kondisi ekonomi rumah tangga meraka tidak auh lebih baik setelah reformasi----seperti kenaikan harga barang kebutuhan pokok, pendidikan yang makin mahal dan laangan pekerjaan makin sulit dicari. Berbagai kemajuan yang telah dicapai selama 10 tahun reformasi ini ( mulai dari adanya pemilihan kepala daerah secara langsung, kebebasan pers, penghapusan dwifungsi ABRI, otonomi daerah, pemisahan polisi dari TNI dan sebaainya) tidak dirasakan secara langsung dampaknya bagi publik. Berbagai kemajuan reformasi itu, jika dilihat lebih banyak dinikmati oleh elit. Otonomi daerah misalnya, selama ini banyak dinikmati oleh elit lokal. Pemilhan kepala daerah juga lebih banyak dimanfaatkan oleh elit. Ada atau tidak ada otonomi daerah atau Pilkada, kehidupan ekonomi publik tidak kunjung membaik. Karena itu tidak mengherankan jikalau reformasi dinilai tidak memuaskan oleh publik



Tulisan ini akan menyoroti mengenai pandangan publik atas pelaksanaan reformasi saat ini. Apakah publik puas atau tidak paus dengan pelaksanaan reformasi. Apakah kondisi di masa reformasi ini dinilai oleh publik lebih baik atau tidak jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Bahan-bahan diambil dari survei nasional yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada awal Mei 2008. Survei dilakukan dengan memasukkan semua populasi----termasuk provinsi Papua, Irian Jaya Barat dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Total sampel survei adalah 1.200 orang dengan margin of error plus minus 3.5%.

PENGETAHUAN ATAS REFORMASI
Pertanyaan menarik seputar reformasi ini adalah apakah wacana mengenai reformasi ini hanya milik elit ataukah juga dibicarakan oleh masyarakat umum. Salah satu aspek yang bisa dilihat adaah pengetahuan publik atas reformasi. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) membuat survei dan menggali pengetahuan publik atas reformasi. Kepada responden ditanyakan sebuah pertanyaan (dengan pertanyaan terbuka / open qustion), sejak kapan masa reformasi di Indonesia (Lihat Grafik 1). Sebanyak 23% menjawab salah ( bukan tahun 1998). Hanya 28.5% saja dari responden yang bisa menjawab dengan benar ( tahun 1998). Separoh responden (48.5%) memilih tidak menjawab atau mengatakan tidak tahu. 

 
Grafik 1. Pengetahuan Atas Reformasi
Q: Sepengetahuan Ibu/Bapak, kapan (sejak tahun berapa) reformasi dimulai di Indonesia? (n=1200)
Sumber: Survei Nasional Lingkaran Survei Indonesia (Mei, 2008). Survei dilakukan dengan menggunakan metode penarikan sampel Multistage Random Sampling. Jumlah sampel 1.200 orang responden (dengan sampling error plus minus 3.5% pada tingkat kepercayaan 95%). Wawancara dilakukan secara langsung (face to face interview). Di luar kesalahan dalam penarikan sampel, dimungkinkan adanya kesalahan non sampling.  


Fakta ini menunjukkan masih banyak publik yang tidak tahu mengenai reformasi. Tabel 1 merinci lebih detil responden yang tahu dan tidak tahu menurut sejumlah kategori segmen masyarakat. Dari tabel ini terlihat, masyarakat yang berpendidikan tinggi dan berpenghasilan tinggi lebih tahu mengenai reformasi dibandingkan dengan masyarakat yang berpendidikan dan berpenghasilan rendah. Tabel 2 merinci pengetahuan responden mengenai reformasi menurut akses pada media. Dari tabel ini terlihat, mereka yang terbiasa membaca suratkabar, mempunyai pengetahuan lebih baik dalam hal reformasi dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah atau jarang membaca suratkabar.




Tabel 1. Pengetahuan Atas Reformasi Menurut Sejumlah Kategori 

Kategori Tidak Tahu Mengenai Reformasi Tahu Mengenai Reformasi Tidak Tahu/ Tidak Jawab
Gender
Laki-laki 25.3% 33.5% 41.3%
Perempuan 20.7% 23.6% 55.7%
Desa/Kota
Desa 22.3% 23.5% 54.2%
Kota 23.9% 35.8% 40.3%
Pulau
Jawa 28.8% 26.2% 44.9%
Sumatera 14.7% 36.4% 48.8%
Kalimantan 30.0% 31.4% 38.6%
Sulawesi 11.3% 18.8% 70.0%
NT/Bali/Papua/Maluku 3.9% 29.9% 66.2%
Umur
19 Tahun atau Dibawahnya 23.1% 20.5% 56.4%
20-29 Tahun 25.7% 30.4% 43.9%
30-39 Tahun 21.6% 30.8% 47.7%
40-49 Tahun 23.6% 29.3% 47.1%
50 Tahun atau Diatasnya 22.0% 24.6% 53.4%
Pendidikan
Lulus SD atau Dibawahnya 21.5% 12.0% 66.5%
Tamat SLTP/sederajat 25.7% 27.4% 47.0%
Tamat SLTA/sederajat 24.4% 50.7% 24.8%
Pernah Kuliah atau Diatasnya 20.2% 73.0% 6.7%
Pendapatan
Di bawah 400 ribu 20.3% 16.0% 63.7%
400-999 ribu 24.8% 24.8% 50.5%
1 juta atau lebih 23.0% 47.3% 29.7%

Tabel 2. Penilaian Umum Atas Pengetahuan Atas Reformasi Menurut Akses Pada Media 

Kategori Tidak Tahu Mengenai Reformasi Tahu Mengenai Reformasi Tidak Tahu/ Tidak Jawab
Koran
Setiap hari atau hampir tiap hari 20.6% 69.8% 9.5%
3-4 hari dalam seminggu 10.0% 70.0% 20.0%
1-2 hari dalam seminggu 16.7% 57.4% 25.9%
Jarang (tidak setiap minggu) 28.5% 33.3% 38.3%
Tidak pernah 21.7% 15.3% 63.0%
Tidak jawab 12.5% 87.5%
TV
Setiap hari atau hampir tiap hari 24.6% 37.3% 38.1%
3-4 hari dalam seminggu 23.9% 26.1% 50.0%
1-2 hari dalam seminggu 27.7% 28.9% 43.4%
Jarang (tidak setiap minggu) 24.4% 17.6% 58.1%
Tidak pernah 4.4% 13.2% 82.4%
Tidak jawab 18.2% 81.8%
Radio
Setiap hari atau hampir tiap hari 22.7% 37.1% 40.2%
3-4 hari dalam seminggu 18.5% 38.9% 42.6%
1-2 hari dalam seminggu 29.1% 34.6% 36.4%
Jarang (tidak setiap minggu) 26.7% 31.1% 42.2%
Tidak pernah 20.4% 23.5% 56.1%
Tidak jawab 6.3% 12.5% 81.3%


KONDISI SEBELUM DAN SETELAH REFORMASI
Bagaimana publik menilai kondisi saat ini setelah reformasi? Grafik 2 menampilkan data mengenai penilaian publik atas kondisi saat ini dibandingkan dengan kondisi sebeum reformasi. Dari grafik ini terlihat, publik terbagi antara yang mengatakan kondisi saat ini lebih baik (29.7%) dan kondisi saat ini lebih buruk (36.7%) dibandingkan dengan 10 tahun lalu sebelum reformasi. Hal ini menunjukkan reformasi ditanggapi secara beragam oleh publik. 



 
Grafik 2. Perbandingan Kondisi Saat Ini Dibandingkan Sebelum Reformasi
Q: Masa Reformasi dimulai pada tahun 1998. Secara umum, bagaimana Ibu/Bapak menilai kondisi saat ini DIBANDINGKAN dengan kondisi sepuluh tahun lalu, di tahun 1998? Apakah kondisi saat ini jauh lebih baik, lebih baik, sama saja, lebih buruk atau jauh lebih buruk? (n=1199)
Sumber: Survei Nasional Lingkaran Survei Indonesia (Mei, 2008). 
 
Publik ditanya lebih lanjut dengan meminta mereka membandingkan kondisi saat ini di masa reformasi dengan kondisi di masa Orde Baru dan Orde Lama. Menurut publik, di antara masa-masa tersebut, mana yang dipandang lebih baik? Yang menarik, mayoritas publik (58.3%) menilai kondisi di masa Orde Baru Soeharto dinilai sebagai masa yang terbaik. Yang menilai kondisi terbaik adalah saat ini di msa reformasi hanya sebesar 15.5% ( Lihat dalam Grafik 3). 






 

Grafik 3. Perbandingan Kondisi Saat Ini Dibandingkan Orde Lama dan Orde Baru
Q: Indonesia pernah mengalami beberapa masa, diantaranya masa Orde Lama, Orde Baru dan saat ini masa Orde Reformasi. Secara umum, mana yang menurut Ibu/Bapak lebih baik: kondisi pada masa sekarang ini di masa REFORMASI, kondisi di masa Orde Lama ataukah kondisi pada saat ORDE BARU di bawah pemerintahan Soeharto? (n=1199)
Sumber: Survei Nasional Lingkaran Survei Indonesia (Mei, 2008). 


Tabel 3 merinci lebih detil penilaian publik atas perbandingan kondisi saat ini dengan Orde Baru dan Orde Lama. Dari tabel ini terlihat, mayoritas di semua segmen masyarakat, lebih banyak yang memilih lebih baik berada di masa Orde Baru Soeharto. Bahkan di kalangan masyarakat yang berpendidikan dan berpenghasilan tinggi, sebagian besar justru menilai lebih baik di masa Orde Baru Soeharto. Meskipun proporsi yang memilih lebih baik di masa Orde Baru lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang berpenghasilan dan berpendapatan rendah. Yang juga menarik adalah melihat distribusi jawaban responden berdasarkan usia. Mereka yang berusia muda ( di bawah 30 tahun) juga lebih memilih lebih baik berada di masa Orde Baru dibandingkan dengan di masa saat ini.
 
 Tabel 3. Penilaian Umum Atas Perbandingan Kondisi Saat Ini Dibandingkan Orde Lama dan Orde Baru Menurut Sejumlah Kategori

Kategori Kondisi saat ini di masa Reformasi Kondisi pada saat ORDE BARU di bawah pemerintahan Soeharto Kondisi pada saat ORDE LAMA Ketiganya (Reformasi, Orde Lama dan Orde Baru) sama-sama baik Ketiganya (Reformasi, Orde Lama dan Orde Baru) sama-sama buruk Tidak Jawab/ Tidak Tahu
Gender
Laki-laki 16.7% 56.7% 7.5% 6.8% 1.2% 11.2%
Perempuan 14.4% 59.9% 7.0% 2.7% 1.7% 14.4%
Desa/Kota
Desa 15.4% 55.8% 6.5% 5.6% 1.4% 15.4%
Kota 15.8% 62.0% 8.4% 3.5% 1.4% 9.0%
Jawa 10.6% 66.9% 8.4% 4.7% 0.9% 8.6%
Sumatera 23.4% 40.2% 8.2% 3.0% 3.0% 22.3%
Kalimantan 21.4% 55.7% 2.9% 4.3% 1.4% 14.3%
Sulawesi 21.3% 55.0% 3.8% 5.0% 1.3% 13.8%
NT/Bali/Papua/Maluku 21.3% 50.0% 1.3% 11.3% 1.3% 15.0%
Umur
19 Tahun atau Dibawahnya 18.0% 48.7% 7.7% 10.3% 2.6% 12.8%
20-29 Tahun 16.1% 58.7% 5.1% 2.8% 2.3% 15.1%
30-39 Tahun 18.7% 58.2% 7.2% 4.2% 0.8% 10.9%
40-49 Tahun 15.6% 59.1% 7.0% 3.0% 1.3% 14.0%
50 Tahun atau Diatasnya 10.6% 58.5% 9.2% 8.2% 1.4% 12.1%
Pendidikan
Lulus SD atau Dibawahnya 11.5% 59.9% 6.2% 4.2% 0.8% 17.5%
Tamat SLTP/sederajat 12.0% 60.7% 9.8% 5.1% 2.6% 9.8%
Tamat SLTA/sederajat 22.0% 56.0% 7.3% 5.1% 2.2% 7.3%
Pernah Kuliah atau Diatasnya 32.2% 48.9% 6.7% 6.7% 5.6%
Pendapatan
Di bawah 400 ribu 9.3% 60.9% 6.6% 5.7% 0.9% 16.7%
400-999 ribu 13.4% 60.5% 6.5% 4.3% 2.2% 13.0%
1 juta atau lebih 25.7% 52.7% 8.8% 4.7% 0.3% 7.8%
 
Grafik 4 merinci lebih detil penilaian atas mana yang lebih baik kondisi saat ini dengan kondisi di masa Orde Baru dan Orde Lama berdasarkan bidang. Dari grafik 4 ini terlihat, yang paling mencolok adalah penilaian di bidang ekonomi. Sebanyak 68.5% publik memilih lebih baik di masa Orde Baru Soeharto untuk perekonomian. Harga barang yang relatif stabil dan lapangan pekerjaan kemungkinan menjadi alasan responden lebih memilih kondisi perekonomian di masa Orde Baru Soeharto. Publik juga memilih lebih baik di masa Orde Baru untuk bidang sosial dan keamanan. Sementara untuk bidang hukum, publik terbagi antara yang memilih lebih baik di masa Orde Baru dan di masa reformasi sekarang ini. 











































Grafik 4. Perbandingan Kondisi Saat Ini Dibandingkan Kondisi Orde Lama dan Orde Baru
Q: Saya ingin Ibu/Bapak membandingkan kondisi saat ini di masa REFORMASI dengan kondisi pada saat ORDE LAMA dan ORDE BARU di bawah pemerintahan Soeharto. Menurut penilaian Ibu/Bapak, kondisi mana yang lebih baik dalam bidang berikut ini ...... ?
Sumber: Survei Nasional Lingkaran Survei Indonesia (Mei, 2008). 



Data ini menunjukkan reformasi belum banyak dirasakan manfaatnya oleh publik. Memang ada banyak kemajuan setelah 10 tahun reformasi ini. Pada masa reformasi, kebebasan berbicara dan keterbukaan pers jauh lebih baik dibandingkan dengan masa sebelumknya. Di masa reformasi saat ini, kehidupan politik juga jauh lebih baik. Pemilihan presiden dan kepala daerah saat ini lewat proses pemiihan langsung yang menjamin keinginan publik lebih bisa disuarakan. Pada masa reformasi ini, penuntasan kasus korupsi juga sudah mulai digalakkan. Di tengah berbagai kemajuan yang telah dicapai, mengapa publik justru lebih memilih kondisi terbaik adalah masa Orde Baru Soeharto? Kemungkinan karena reformasi tidak berdampak langsung kepada kehidupan langsung mereka. Setelah 10 tahun ini, publik menilai harga barang naik, pekerjaan sulit didapat dan sebagainya. Penilaian itulah yang menyebabkan mereka lebih memilih masa Soeharto daripada masa saat ini. 

 Tabel 4 merinci penilaian publik menurut sejumlah kategori atas kondisi politik mana yang leih baik, apakah kondisi saat ini ataukah kondisi pada masa Orde Baru dan Orde Lama. Dari tabel ini terlihat, terdapat perbedaan di sejumlah segmen masyarakat dalam menilai kondisi politik yang terbaik, apakah di masa saat ini ataukah di masa Orde Baru Soeharto. Misalnya perbedaan pendapat berdasar jenjang pendidikan dan penghasilan. Di kalangan berpenghasilan tinggi, mayoritas (40.9%) menilai kondisi politik saat ini lebih baik dibandingkan dengan masa Orde Baru dan Orde Lama. Sementara di kalangan masyarakat berpendidikan rendah, menilai sebaliknya. Demikian juga dengan di segmen masyarakat berpenghasilan tinggi. Di kelompok masyarakat ini, terbagi anatar ayang menilai kondisi politik terbaik adalah di masa Soeharto dan di masa sekarang. 
 
 
Tabel 4. Penilaian Umum Atas Perbandingan Kondisi POLITIK Saat Ini Dibandingkan Orde Lama dan Orde Baru di Bidang Politik Menurut Sejumlah Kategori ( n= 1197) 

Kategori Kondisi saat ini di masa Reformasi Kondisi pada saat ORDE BARU di bawah pemerintahan Soeharto Ketiganya (Reformasi, Orde Lama dan Orde Baru) sama-sama baik Ketiganya (Reformasi, Orde Lama dan Orde Baru) sama-sama buruk Kondisi pada saat ORDE LAMA Tidak Tahu/ Tidak Jawab
Gender
Laki-laki 32.5% 39.9% 4.5% 2.0% 3.5% 17.6%
Perempuan 27.3% 40.7% 4.0% 2.0% 3.0% 23.0%
Desa/Kota
Desa 28.9% 38.5% 4.8% 1.4% 3.1% 23.3%
Kota 31.4% 42.8% 3.5% 2.9% 3.5% 16.0%
Pulau
Jawa 28.3% 44.8% 4.6% 2.2% 3.4% 16.7%
Sumatera 34.9% 27.1% 3.0% 1.9% 5.2% 27.9%
Kalimantan 37.1% 41.4% 5.7% 1.4% 14.3%
Sulawesi 20.0% 55.0% 5.0% 3.8% 16.3%
NT/Bali/Papua/Maluku 30.4% 29.1% 3.8% 1.3% 35.4%
Umur
19 Tahun atau Dibawahnya 25.6% 38.5% 2.6% 7.7% 7.7% 18.0%
20-29 Tahun 33.9% 38.1% 2.3% 1.8% 3.2% 20.6%
30-39 Tahun 33.0% 40.8% 5.6% 1.1% 2.5% 17.0%
40-49 Tahun 29.0% 42.3% 2.0% 2.7% 2.7% 21.3%
50 Tahun atau Diatasnya 24.5% 39.4% 6.7% 1.8% 4.3% 23.4%
Pendidikan
Lulus SD atau Dibawahnya 21.8% 43.0% 3.8% 1.8% 2.2% 27.4%
Tamat SLTP/sederajat 30.9% 36.5% 4.3% 3.4% 5.6% 19.3%
Tamat SLTA/sederajat 43.6% 38.5% 4.0% 1.5% 2.9% 9.5%
Pernah Kuliah atau Diatasnya 40.9% 37.5% 6.8% 1.1% 5.7% 8.0%
Pendapatan
Di bawah 400 ribu 17.3% 48.7% 5.4% 1.5% 1.8% 25.4%
400-999 ribu 32.6% 34.8% 2.8% 2.6% 3.9% 23.3%
1 juta atau lebih 39.1% 40.7% 5.4% 1.3% 3.8% 9.8%




Bagaimana penilaian di bidang ekonomi? Berbeda dengan penilaian kondisi politik di mana terdapat perbedaan antara segmen masyarakat berpendidikan tinggi dan rendah, untuk penilaian atas kondisi ekonomi, semua segmen tampak punya pendapat yang sama. Di semua segmen masyarakat, memilih kondisi terbaik di bidag ekonomi adalah masa ekonomi Orde Baru Soeharto. Dari tabel 5 terlihat, di semua segmen kelompok masyarakat, mayoritas menilai kondisi ekonomi terbaik menurut mereka adalah kondisi ekonomi di masa Orde Baru Soeharto. 


Tabel 5. Penilaian Umum Atas Perbandingan Kondisi EKONOMI Saat Ini Dibandingkan Orde Lama dan Orde Baru di Bidang Ekonomi Menurut Sejumlah Kategori ( n= 1198) 

Kategori Kondisi saat ini di masa Reformasi Kondisi pada saat ORDE BARU di bawah pemerintahan Soeharto Ketiganya (Reformasi, Orde Lama dan Orde Baru) sama-sama baik Ketiganya (Reformasi, Orde Lama dan Orde Baru) sama-sama buruk Kondisi pada saat ORDE LAMA Tidak Tahu/ Tidak Jawab
Gender
Laki-laki 10.7% 67.1% 5.9% 1.3% 5.4% 9.7%
Perempuan 7.5% 69.8% 2.3% 1.5% 5.2% 13.7%
Desa/Kota
Desa 10.0% 64.9% 4.7% 1.3% 5.2% 14.0%
Kota 7.8% 73.6% 3.3% 1.6% 5.3% 8.4%
Pulau
Jawa 5.6% 77.8% 3.7% 1.1% 5.2% 6.6%
Sumatera 13.0% 53.3% 4.1% 2.6% 8.2% 18.9%
Kalimantan 17.1% 60.0% 7.1% 1.4% 1.4% 12.9%
Sulawesi 11.3% 65.0% 5.0% 1.3% 1.3% 16.3%
NT/Bali/Papua/Maluku 17.7% 48.1% 3.8% 3.8% 26.6%
Umur
19 Tahun atau Dibawahnya 12.8% 53.9% 10.3% 2.6% 10.3% 10.3%
20-29 Tahun 6.9% 67.4% 3.2% 1.4% 6.9% 14.2%
30-39 Tahun 10.9% 67.9% 3.9% 1.7% 5.3% 10.3%
40-49 Tahun 10.3% 71.1% 2.7% 1.0% 4.3% 10.6%
50 Tahun atau Diatasnya 6.7% 69.2% 5.7% 1.4% 4.3% 12.8%
Pendidikan
Lulus SD atau Dibawahnya 8.5% 66.8% 3.3% 0.7% 4.3% 16.5%
Tamat SLTP/sederajat 6.9% 65.7% 6.9% 1.7% 7.3% 11.6%
Tamat SLTA/sederajat 11.4% 72.2% 3.7% 2.2% 6.2% 4.4%
Pernah Kuliah atau Diatasnya 12.4% 76.4% 3.4% 3.4% 2.3% 2.3%
Di bawah 400 ribu 5.4% 70.5% 3.0% 0.3% 3.3% 17.6%
Pendapatan
Di bawah 400 ribu 5.4% 70.5% 3.0% 0.3% 3.3% 17.6%
400-999 ribu 9.3% 65.2% 4.1% 1.9% 6.7% 12.9%
1 juta atau lebih 12.9% 72.6% 5.4% 1.6% 4.1% 3.5%


PELAKSANAAN REFORMASI
Saat ini, reformasi telah berjalan 10 tahun. Bagaimana publik menilai pelaksanaan reformasi selama ini? Grafik 5 menampilkan data mengenai penilaian atas kepuasan dalam pelaksanaan reformasi. Dari grafik ini terlihat, sebagian besar (53.3%) kurang puas dengan pelaksanaan reformasi selama ini. Sebanyak 29.6% menyatakan cukup puas, dan hanya 1.8% saja yang sangat puas. Tabel 6 merinci lebih detil kepuasan publik atas pelaksanaan reformasi menurut sejumlah kategori. Dari tabel ini terlihat, di semua segmen masyarakat tidak puas dengan pelakasanaan reformasi. Kalangan dengan proporsi ketidakpuasan lebih besar ada di segmen masyarakat berpendidikan dan berpenghasilan tinggi.  



 
Grafik 5. Penilaian Atas Kepuasan dalam Pelaksanaan Reformasi 
Q: Masa Reformasi dimulai pada tahun 1998. Secara umum, seberapa Ibu/Bapak puas dengan pelaksanaan REFORMASI yang kini telah berjalan selama 10 tahun? Apakah sangat puas, cukup puas, kurang puas atau tidak puas sama sekali? (n=1200)
Sumber: Survei Nasional Lingkaran Survei Indonesia (Mei, 2008). 


Tabel 6. Penilaian Umum Atas Kepuasan dalam Pelaksanaan Reformasi Menurut Sejumlah Kategori 

Kategori Sangat puas/ Cukup puas Kurang puas / Tidak puas Tidak Jawab/ Tidak Tahu
Gender
Laki-laki 32.7% 60.2% 7.2%
Perempuan 30.0% 58.3% 11.7%
Desa/Kota
Desa 32.8% 55.5% 11.7%
Kota 29.2% 64.7% 6.1%
Pulau
Jawa 26.3% 65.7% 8.0%
Sumatera 36.3% 52.6% 11.1%
Kalimantan 41.4% 54.3% 4.3%
Sulawesi 47.5% 38.8% 13.8%
NT/Bali/Papua/Maluku 33.8% 50.0% 16.3%
Umur
19 Tahun atau Dibawahnya 35.9% 51.3% 12.8%
20-29 Tahun 29.4% 61.0% 9.6%
30-39 Tahun 37.9% 56.3% 5.9%
40-49 Tahun 26.3% 62.8% 11.0%
50 Tahun atau Diatasnya 29.3% 59.0% 11.7%
Pendidikan
Lulus SD atau Dibawahnya 32.1% 52.5% 15.5%
Tamat SLTP/sederajat 29.9% 66.2% 3.9%
Tamat SLTA/sederajat 33.0% 63.4% 3.7%
Pernah Kuliah atau Diatasnya 25.6% 73.3% 1.1%
Pendapatan
Di bawah 400 ribu 32.7% 53.0% 14.3%
400-999 ribu 30.7% 59.0% 10.2%
1 juta atau lebih 30.7% 66.1% 3.1%



Penilaian publik yang lebih banyak tidak puas dengan pelakasanaan reformasi kemungkinan diakibatkan oleh pandangan bahwa reformasi tidak banyak mengubah kehidupan mereka. Refrmasi tidak banyak membawa perubahan. Grafik 6 menampilkan data mengenai pandangan publik atas kemajuan reformasi setelah 10 tahun. Dari grafik ini terlihat, mayoritas (42.3%) menilai reformasi selama 10 tahun ini kurang banyak kemajuan. Sebanyak 36.1% menilai sudah cukup banyak kemajuan dan hanya 2.7% saja yang menilai saat ini sudah banyak kemajuan. 
 


Grafik 6. Penilaian atas Kemajuan Pelaksanaan Reformasi 
Q: Masa Reformasi dimulai pada tahun 1998. Secara umum, bagaimana Ibu/Bapak menilai kemajuan yang dicapai selama 10 tahun ini? Apakah banyak kemajuan, cukup banyak kemajuan, kurang banyak kemajuan atau tidak ada kemajuan sama sekali? (n=1197)
Sumber: Survei Nasional Lingkaran Survei Indonesia (Mei, 2008). 


Grafik 7 merinci pandangan publik atas kemajuan reformasi berdasarkan bidang. Untuk bidang keamanan, hukum dan sosial, mayoritas menilai sudah banyak kemajuan kondisi saat ini dibandingkan dengan 10 tahun lalu. Sementara untuk bidang ekonomi, mayoritas menilai kurang banyak kemajuan yang telah dicapai dalam 10 tahun ini. 
 












































Grafik 7. Penilaian atas Kemajuan Pelaksanaan Reformasi di Sejumlah Bidang 
Q: Masa Reformasi dimulai pada tahun 1998. Secara umum, bagaimana Ibu/Bapak menilai kemajuan yang dicapai selama 10 tahun ini dalam bidang berikut ini ...... ? Apakah banyak kemajuan, cukup banyak kemajuan, kurang banyak kemajuan atau tidak ada kemajuan sama sekali?
Sumber: Survei Nasional Lingkaran Survei Indonesia (Mei, 2008). 

KESIMPULAN 
Publik belum puas dengan perkembangan reformasi yang sudah berusia 10 tahun. Ketidakpuasan ini tampaknya lebih dipicu oleh kondisi saat ini yang dinilai tidak lebih baik dibandingkan dengan masa sebelum reformasi (masa Orde Baru Soeharto). Mayoritas publik justru menilai kondisi di bawah Soeharto lebih baik dibandingkan dengan masa saat ini. Pandangan semacam ini harus ditafsirkan sebagai cerminan pandagan publik yang menilai reformasi selama ini tidak banyak menyentuh perbaikan kehidupan mereka. Kondisi ekonomi rumah tangga meraka tidak auh lebih baik setelah reformasi----seperti kenaikan harga barang kebutuhan pokok, pendidikan yang makin mahal dan laangan pekerjaan makin sulit dicari.

Berbagai kemajuan yang telah dicapai selama 10 tahun reformasi ini ( mulai dari adanya pemilihan kepala daerah secara langsung, kebebasan pers, penghapusan dwifungsi ABRI, otonomi daerah, pemisahan polisi dari TNI dan sebaainya) tidak dirasakan secara langsung dampaknya bagi publik. Berbagai kemajuan reformasi itu, jika dilihat lebih banyak dinikmati oleh elit. Otonomi daerah misalnya, selama ini banyak dinikmati oleh elit lokal. Pemilhan kepala daerah juga lebih banyak dimanfaatkan oleh elit. Ada atau tidak ada otonomi daerah atau Pilkada, kehidupan ekonomi publik tidak kunjung membaik. Karena itu tidak mengherankan jikalau reformasi dinilai tidak memuaskan oleh publik. ( Eriyanto / Sukanta / Sopan Saphira)

Tidak ada komentar: