Minggu, 20 Juli 2008

Apa Mau Mereka?

Apa Mau Mereka? Politisi
Minggu, 20 Juli 2008 | 01:09 WIB

ilham khoiri Soetrisno

Apa yang dimaui politisi ketika mengiklankan diri? Mari kita simak penuturan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Soetrisno Bachir, Direktur Eksekutif Freedom Institute Rizal Mallarangeng, dan aktivis prodemokrasi Fadjroel Rachman. Mereka bertiga adalah sebagian dari politisi Indonesia yang dengan cara masing-masing, berani tampil dalam iklan politik di media massa.

Soetrisno Bachir muncul dalam iklan Hidup adalah Perbuatan yang ditayangkan di stasiun televisi selama satu bulan, Juni lalu. Dalam tayangan itu, politisi dari kalangan pengusaha ini berusaha mendorong kebangkitan rakyat lewat momen peringatan Kebangkitan Nasional. Saat bersamaan, potret diri dan slogan serupa juga muncul dalam bentuk baliho, spanduk, atau iklan di media cetak.

Sebenarnya apa yang dia inginkan? ”Saya ingin memberi inspirasi. Saya ingin mengajak warga untuk optimistis menatap masa depan dengan kerja keras. Moto ’Hidup adalah Perbuatan’ itu universal, bagi siapa saja, untuk berbuat sesuatu agar hidup yang hanya sekali ini punya makna,” katanya.

Tidak ada niat untuk maju sebagai calon presiden tahun 2009? ”Tak ada kaitannya dengan itu. Masalah maju tidaknya itu tergantung dengan UU Pilpres, persetujuan keluarga, dan survei- survei yang mengarah ke situ. Tapi, kalau dicalonkan sebagai presiden, sebenarnya itu tidak aneh. Kan, ada sejarahnya Ketua Umum PAN dicalonkan jadi presiden,” katanya.

Dari mana dananya? ”Itu rizki saya dari usaha berbasis sumber daya alam. Ini hasil jerih payah sendiri, tak melanggar hukum dan agama,” katanya.

Rizal

Rizal Mallarangeng membuat iklan Dari Sabang Sampai Merauke yang ditayangkan di televisi sejak seminggu terakhir. Iklan berisi imbauan untuk menampilkan generasi baru dalam panggung politik. Di situ, dia digambarkan tengah merangkul anak kecil dan rakyat kecil. Ada juga gambar Merah-Putih yang berkibar-kibar.

Anda ingin dipersepsikan masyarakat seperti apa dengan iklan itu? ”Saya ingin dipersepsi sebagai bagian dari generasi muda yang mencoba menawarkan alternatif baru. Saya ingin muncul sebagai orang yang bersahabat, merangkul setiap orang. Kalau ada sambutan, saya akan lebih dalam lagi, dan begitu seterusnya,” katanya.

Alat ukurnya apa untuk melihat sambutan masyarakat? ”Kan, ada survei. Itu alatnya dalam kampanye modern. Seandainya masyarakat ingin saya maju, ya saya maju.”

Bagaimana menggaet kalangan muda? ”Kami manfaatkan teknologi komunikasi baru seperti YouTube dan Facebook. Barrack Obama di Amerika Serikat (AS) mulai kampanye pake YouTube. Facebook saya sudah diklik 758 klik dalam waktu lima hari—maksudnya hingga Kamis (17/7). Kampanye lewat internet juga bisa dijangkau dari seluruh dunia,” katanya.

Kok yang baik-baik saja yang muncul? ”Namanya juga iklan, ya jual kecap. Kita ini sedang membujuk. Setiap orang ada titik lemahnya, tapi masak saya tonjolkan kelemahan itu.”

Berapa dana iklan? ”Tidak besar. Ini, kan baru introduction.”

Fadjroel

Jika sejumlah tokoh jorjoran soal dana untuk mengampanyekan dirinya, aktivis demokrasi Fadjroel Rachman menyebut kampanye pencitraan dirinya sebagai kampanye murah. Ia dan timnya memasang iklan melalui blog pribadi Fadjroel di internet. Dalam blog yang berisi foto-foto dirinya itu, dia langsung menegaskan: Fadjroel for President 2009. Slogannya, ”Republik Kaum Muda, Republik Harapan.”

Apa makna slogan itu? ”Basis ideologi saya, demokrasi progresif. Saya akan membangun konsep negara kesejahteraan seperti di negara-negara Skandinavia,” ujarnya.

Apa yang ditargetkan dari iklan itu? ”Saya ingin Pemilu 2009 diisi anak-anak muda berusia 40-an tahun. Iklan itu untuk mendorong agar kandidat pemimpin dari generasi muda itu muncul sampai 10 atau 15 orang.”

Kini, tim Fadjroel juga sedang membuat website untuk penggalangan dana kampanye, seperti yang dilakukan Obama di AS. ”Kalau misalnya, satu orang menyumbang Rp 10.000 saja, lantas ada satu juta orang yang mau kasih dana kampanye, berarti sudah terkumpul Rp 10 miliar kan?”

Selain beriklan, Fadjroel juga berusaha melakukan judicial review untuk merevisi UU No 23 Tahun 2003 mengenai Pemilihan Presiden ke Mahkamah Konstitusi (MK). Targetnya, agar calon presiden dari calon independen bisa muncul pada pemilu tahun 2009. Jika gagal, barulah ia akan melamar ke partai politik agar dicalonkan menjadi presiden lewat partai menengah dan kecil yang belum mempunyai calon. (bsw/ivv)

Tidak ada komentar: